Sosiologi dan Niaga

                Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Pitirim Sorokin, dalam bukunya Contempory Sociological Theories, mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi.
Ilmu sosiologi pada hakikatnya meneliti perilaku manusia sebagai individu, baik perilaku dari segi pribadi ataupun kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Dalam arti lain bahwa sosiologi lebih mengarah pada prestasi diri untuk menilai dan menempatkan suatu pribadi mengandung nilai atau tidak untuk disebut sebagai makhluk sosial masyarakat. Karena pada dasarnya sosiologi disebut juga “Ilmu berkawan”.

Sedangkan ilmu niaga adalah ilmu berbisnis atau ilmu dalam dunia perdagangan yang menyangkut suatu kegiatan transaksi jual beli. Jika kita tinjau dari segi administrasinya, berarti suatu kegiatan niaga berhubungan kegiatan kerjasama yang dilakukan manusia atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Disini, kerjasama yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang secara bersama-sama, teratur dan terarah berdasarkan pembagian tugas sesuai dengan kesepakatan bersama.
               Dari kedua pengertian diatas dapat diambil suatu persamaan presepsi antara sosiologi dan niaga. Dimana jika kedua cabang ilmu tersebut kita tinjau dari segi objeknya, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi dan niaga berpusat pada manusia itu sendiri baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.
Masyarakat yang menjadi obyek ilmu sosiologi dapat dilihat sebagai sesuatu yang terdiri dari beberapa segi. Bila dikaitkan dengan kegiatan niaga maka segi yang berkaitan adalah segi ekonomi. Segi ekonomi dipelajari oleh ilmu ekonomi yang pada hakikiatnya mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materiilnya, dan juga untuk memecahkan masalah akibat tidak seimbangnya kebutuhan dibandingkan dengan jumlah alat pemuas kebutuhannya. Ilmu ekonomi yang mencakup kegiatan niaga terwujud dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam tindakan tukar-menukar/transaksi jual beli. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa dalam segi ekonomi yang ditinjau adalah kegiatan ekonominya dan sosiologi lebih mempelajari unsur-unsur kemasyarakatan secara keseluruhan.
              Kegiatan niaga sebagai suatu proses kegiatan dan tindakan dalam kerjasama dari sekelompok orang-orang dalam mencapai tujuan, juga dipengaruhi tingkah laku sosial ( social behavior ). Perilaku individu yang dimaksud tentunya dalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku individu yang melaksanakan kerjasama akan berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Meskipun tujuan yang akan dicapai sudah direncanakan sedemikian rupa, termasuk cara-cara untuk mencapainya, dengan sarana ( tools ), dan sumber ( resource ) yang lengkap, tetapi apabila tingkah laku orang yang bekerjasama tidak baik, misalnya tidak disiplin, boros, maka hasil yang hendak dicapai tidak akan seperti apa yang kita harapkan. Atau akan terjadi inefisiensi dan ketidakefektifan dalam pencapaian tujuan.
Dalam perkembangan teori administrasi niaga, terdapat teori dan pendekatan perilaku individu dalam masyarakat ( kehidupan sosial ). Pada mulanya para ahli ilmu niaga memperhatikan diri mereka sendiri, yaitu menyangkut masalah kelelahan, kebosanan, dan faktor-faktor sosialisasi dan pergaulan dalam bermasyarakat yang berkaiatan dengan kondisi kerja yang dapat menghambat pelaksanaan kerja yang efisien. Baru-baru ini sumbangan mereka diperluas meliputi latihan, pengawasan, tipe kepemimpinan, kebutuhan, motivasi, penilaian sikap dan bentuk umum dari perilaku anggota organisasi untuk memudahkan pengulangan perilaku yang diinginkan ( Sthepen P Roobins, 1980 ). Jadi, agar suatu tindakan atau kegiatan niaga organisasi atau perusahaan dapat melakukan suatu kegiatan dengan efektif, seorang administrator atau manajernya harus dapat mengetahui perilaku individu anggotanya dan harus mampu bersosialisasi dengan banyak orang untuk menambah partner kerja.
               Fokus para ahli sosiologi adalah mempelajari sistem kemasyarakatan dimana individu-individu melakukan peranannya. Dengan demikian sosiologi mempelajari manusia dalam hubungannya dengan sesamanya, interaksi sosial, status sosial, stratifikasi sosial, dan perubahan sosial.
Para ahli sosiologi khususnya, telah memberikan sumbangan yang besar untuk perkembangan teori administrasi melalui studinya mengenai perilaku kelomok dalam organisasi, khususnya organisasi informal dan organisasi kompleks. Dalam konsep-konsep administrasi niaga dikenal dinamika kelompok, teori organisasi formal, birokrasi, wewenang, komunikasi, kekuasaan dan komflik yang kesemuanya merupakan input yang berharga dari konsep-konsep sosiologi. Konsep birokrasi misalnya, merupakan telaahan bidang sosiologi yang juga menjadi telaahan konsep ilmu niaga, dimana konsep tersebut ditransfer dan dikembangkan berdasarkan teori, metode, pengertian dan analisis dalam dunia perniagaan.
Secara khusus lagi, dapat dikemukakan hubungan antara sosiologi dan niaga. Sosiologi sosial mempelajari perilaku hubungan antara individu ( interpersonal behavior ) atau perilaku hubungan antara manusia ( human behavior ). Sosiologi mencoba menerangkan bagaimana dan mengapa individu berperilaku seperti yang mereka lakukan dalam kegiatan kelompok atau organisasi. Para ahli sosiologi sosial telah memberikan sumbangan yang penting dalam penilaian dan pemahaman sikap, proses pemecahan masalah, pola komunikasi dan bagaimana aktifitas kelompok dapat memuaskan kebutuhan individu (seperti keangotaan dan persaingan).
Hal lain yang dapat disoroti sebagai bagian dari hubungan sosiologi dan niaga adalah bentuk kegiatan yang ada didalam masing-masing ilmu. Bentuk kegiatan yang paling kontras terlihat adalah wujud persaingan. Dalam sosiologi kehidupan masyarakat yang selain hidup saling membutuhkan ada juga suatu persaingan. Persaingan tersebut dilakukan untuk menonjolkan pribadi diri serta untuk dapat bertahan hidup dalam kehidupan bermasyarakat. Dan tentu saja dalam kehidupan perniagaan, persaingan sudah menjadi aktifitas rutin. Perniagaan yang tujuan utamanya tentu untuk mendapatkan keuntungan, semaksimal mungkin menerapkan prinsip persaingan, karena dunia bisnis erat kaitaannya dengan keuntungan dan kerugian.
Persaingan yang dimaksud mengarah pada persaingan ekonomi. Persaingan tersebut bertujuan untuk memilih atau melakukan seleksi dalam bermasyarakat. Bagi masyarakat secara keseluruhan hal demikian dianggap menguntungkan, karena yang terbaik akan memenangkan persaingan. Namun pada kenyataannya untuk mempertahankan kehidupan bersama, harus diadakan kerjasama. Selain itu perusahaan-perusahaan yang mula-mula bersaing seringkali harus bekerjasama untuk dapat memonopoli pasaran jenis barang-barang tertentu. Dalam dunia bisnis persaingan juga difunsikan untuk menyaring warga golongan karya ( fungsional ) yang diharapkan menghasilkan pembagian kerja yang efektif. Jadi, kerjasama dan persaingan menjadi dua hal yang lebih mendasar dalam hubungan sosiologi dan niaga.
Dalam dunia bisnis kita mengenal yang namanya etika bisnis. Dan etika bisnis ini wajib dipatuhi oleh setiap orang yang melakukan bisnis. Memang, tidak ada sanksi hokum formal atas pelanggaran etika bisnis. Namun demikian, pelanggaran terhadap hati nurani diri dan orang lain akan dapat menggangu komunikasi interpersonal dan bisnis. Dalam bisnis, sekali kepercayaan runtuh, maka struktur bangunan kepercayaan akan runtuh. Soal etika bisnis menjadi perhatian penting dalam terciptanya keseimbangan ekonomi dalam suatu masyarakat, bukan hanya berkaitan dengan pembagian resources (sumber daya) yang terbatas secara proporsional, juga berkaitan dengan implikasi sosiologis bagi kelangsungan tatanan sosial (social order). Suatu tatanan sosial yang memiliki nilai, norma, peran, status, pranata, dan struktur yang berlembaga akan hancur manakala salah satu etika (yaitu etika berkompetisi dalam meraih kekayaan) terabaikan. Bangunan sosial suatu masyarakat akan runtuh jika anggota masyarakat yang ada di dalamnya tidak mampu melakukan adaptasi. Sebagaimana dinyatakan oleh Talcott Parson (dalam Johnson, 1939) bahwa masyarakat diibaratkan dengan keseimbangan yang harus mampu bertahan jika keempat elemen sistem sosial tersebut ada di dalam masyarakat, yaitu: (1) adaptation, (2) goal attainment, (3) integration, (4) latent patternmaintenance. (Poloma, 1984).
                Adaptation adalah kemampuan yang dimiliki oleh sistem untuk menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungan serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut ke dalam seluruh sistem. Goal attainment berkaitan dengan masalah pemenuhan tujuan sistem dan penetapan prioritas di antara tujuan-tujuan. integration yaitu koordinasi serta kesesuaian bagian-bagian dari system sehingga semuanya fungsional. Sedang-kan pattern maintenance menunjukkan pada masalah bagaimana menjamin kelangsungan tindakan dalam sistem sesuai dengan aturan norma yang ada. Kemampuan untuk menyerap sumber daya dari lingkungan (adaptation) itulah yang acapkali menjadi bagian dari kompetisi, konflik yang terus berkepanjangan jika etika menjadi outsider (tidak menjadi bagian yang integral) dari tindakan sosial-ekonomi. Titik rawan konflik dalam berbagai segi terjadi saat para interactants mengabaikan atau kurang memahami etika berinteraksi secara baik.
Setiap manusia yang berinteraksi yang memiliki etika sosial akan berusaha memahami pemahaman subjektif orang lain. Komunikasi sosial yang terjadi adalah “komunikasi intersubjektif” sehingga tercapainya suatu kesepakatan, mutual understanding (pemahaman bersama), sisi mana yang bisa diterima oleh orang lain dan sisi mana yang dianggap terlarang (tabu) bagi kedua belah pihak. Pemaksaan makna (bahkan mungkin menjadi “hegemoni makna”) dari pihak tertentu yang dipaksakan kepada orang lain justru akan menimbulkan konflik terselubung atau terbuka. Konflik terselubung hanya akan terjadi pada individu yang mengalami jiwa inferior atau tidak mampu untuk menampilkan tafsiran makna sesungguhnya kepada orang lain, Jika hal ini terus dibiarkan akan menimbulkan akumulasi kekecewaan, keluhan, dan stress yang sewaktu-waktu bisa muncul jika ada trigger factors (faktor pemicu) untuk melepaskan akumulasi stress tersebut. Munculnya tindakan kekerasan (pembunuhan, vandalisme, anarkisme, brutalisme) acapkali terjadi saat-saat tertentu akibat dari kohesi sosial yang sangat dipaksakan. Keempat elemen sosial di atas dapat kita pelajari dalam ilmu sosiologi.
                Kehidupan sosial antar manusia atau antar individu atau antara hubungan sosial merupakan aspek yang perlu disoroti dalam dunia perniagaan. Konsep-konsep ini di dalam perkembangan teori perniagaan dikembangkan oleh Elton Mayo, Mary Parker, dan Barnard. Dimana dikatakan bahwa organisasi atau perusahaan adalah suatu system aktivitas kooperatif antara dua orang atau lebih. Dengan demikian perlu dipelajari tentang individu, baik aspek psikologis maupun sosialnya, hakikat system kooperatif dan dinamika antara individu dan organisasi. Proses kerjasama juga diwarnai oleh latar belakang status sosial serta keadaan lingkungan ( environment ) individu atau manusia dan hal tersebut menjadi konseptualisasi dalam bidang perniagaan. Jadi, dari penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan, kalau ilmu sosiologi itu sangat erat hubungannya dengan ilmu niaga.

0 comments:

Post a Comment